ᮠᮤᮙ᮪ᮕᮥᮔᮔ᮪ ᮝᮁᮌᮤ ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ
ᮃᮒᮞ᮪ ᮄᮏᮤᮔ᮪ ᮃᮜᮣᮂ ᮞ᮪.ᮝ᮪.ᮒ᮪. |᮳| ᮕᮤᮤᮜᮁ ᮘᮥᮓᮚ ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ ᮒᮨᮜᮂ ᮞᮂ ᮓᮤ ᮕᮨᮁᮓ ᮊᮔ᮪
ᮌᮥᮛᮤᮜᮕ᮪ (ᮞᮙ᮪ᮘᮜ᮪ ᮘᮝᮀ ᮊᮨᮛᮤᮤᮀ)
ᮞᮙ᮪ᮘᮜ᮪ ᮚᮀ ᮛᮞᮑ ᮞᮦᮔ᮪ᮞᮞᮤᮇᮔᮜ᮪!!!
ᮎᮤᮤᮜᮧᮊ᮪ ᮊᮢᮤᮞ᮪ᮕᮤᮤ ᮙᮧᮐᮛᮦᮜ ᮞᮤᮜᮚᮥᮀ
ᮎᮨᮙᮤᮜᮔ᮪ ᮒᮢᮓᮤᮤᮞᮤᮇᮔᮜ᮪ ᮒᮨᮁᮘᮛᮥᮊᮔ᮪ ᮘᮨᮁᮄᮞᮤ ᮊᮦᮏᮥ ᮙᮧᮐᮛᮦᮜ!!!
ᮊᮎᮀ ᮘᮝᮀ ᮞᮤᮜᮚᮥᮀ
ᮛᮨᮑᮂ ᮌᮥᮛᮂ ᮓᮔ᮪ ᮔᮤᮊ᮪ᮙᮒ᮪ ᮌᮧᮛᮦᮀ ᮊᮎᮀ ᮘᮝᮀ ᮠᮞ᮪ ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ!
ᮅᮜᮦᮔ᮪ ᮄᮞᮤ ᮞᮤᮜᮨᮌᮤᮒ᮪
ᮞᮒᮥ ᮜᮌᮤ ᮎᮨᮙᮤᮜᮔ᮪ ᮠᮞ᮪ ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ ᮒᮨᮁᮘᮛᮥᮊᮔ᮪ ᮅᮜᮦᮔ᮪ ᮄᮞᮤ ᮓᮨᮍᮔ᮪ ᮘᮨᮘᮨᮛᮕ ᮗᮛᮤᮃᮔ᮪ ᮄᮞᮤ!!!
ᮞᮊᮧᮜ ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ
ᮝᮓᮂ ᮓᮤ ᮙᮦᮓᮤᮃ ᮞᮧᮞᮤᮃᮜ᮪ ᮚᮀ ᮘᮨᮁᮙᮤᮔᮒ᮪ ᮘᮨᮜᮏᮁ ᮙᮨᮔᮥᮜᮤᮞ᮪ ᮓᮔ᮪ ᮙᮨᮙ᮪ᮘᮎ ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ
ᮕ᮪.ᮕ᮪.ᮞ᮪. ᮒᮕᮊ᮪ ᮈᮜᮀ ᮎᮤᮃᮔ᮪ᮏᮥᮁ;
ᮙᮨᮜᮨᮞ᮪ᮒᮛᮤᮤᮊᮔ᮪ ᮞᮨᮔᮤ ᮘᮥᮓᮚ ᮕᮨᮔ᮪ᮎᮊ᮪ ᮞᮤᮤᮜᮒ᮪ ᮙᮨᮜᮜᮥᮄ ᮕᮢᮦᮞ᮪ᮒᮞᮤ
Sunday, 16 July 2017
NuClothing T-Shirt Anime Model
NuClothing T-Shirt Kualitas Distro
Tentu pembaca sudah tak asing lagi dengan produk-produk NuClothing, yaitu kaos dengan model tokoh-tokoh animasi dunia dan karakter lainnya yang sangat di minati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan bahan berkualitas dan hasil cetakan/sablon yang kuat kami hadir menampilkan beberapa pilihan tokoh animasi idola para pembaca Kobong-Kita.
HARGA MURAH MERIAH: RP. 80.000,-/pcs
Anda bisa berkunjung ke toko kami yaitu di::
Kp. Cijeruk, Rt. 03 Rw. 03, Desa Mangkalaya, Kecamatan Gunungguruh,
Kabupaten Sukabumi - Jawa Barat
atau bisa juga dengan pembelian sistem pesan antar (menggunakan jasa pengiriman).
Hubungi HOTLINE kami: 085797 359 256
atau pin BBM: 5C600169
LINE: ibnufajrin06
Tuesday, 6 June 2017
ᮞᮤ'ᮃᮁ: ᮙᮧᮒᮤᮗᮒᮧᮁ ᮝᮊᮖ᮪ ᮕᮢᮧᮓᮥᮊ᮪ᮒᮤᮖ᮪ (ᮅᮞ᮪ᮙᮔ᮪ ᮘᮤᮔ᮪ ᮃᮖᮔ᮪)
ᮊᮤᮞᮂ ᮞᮥᮙᮥᮁ ᮅᮞ᮪ᮙᮔ᮪ ᮘᮤᮔ ᮃᮖᮔ᮪
ᮘᮨᮛᮤᮊᮥᮒ᮪ ᮄᮔᮤ ᮊᮤᮞᮂ ᮄᮔ᮪ᮞ᮪ᮕᮤᮤᮛᮒᮤᮖ᮪ ᮓᮛᮤ ᮅᮞ᮪ᮙᮔ᮪ ᮘᮤᮔ᮪ ᮃᮖᮔ᮪ ᮚᮀ ᮙᮨᮙ᮪ᮘᮨᮜᮤ ᮞᮥᮙᮥᮁ ᮛᮅᮙᮂ ᮜᮜᮥ ᮓᮤ ᮌᮢᮒᮤᮞ᮪ᮊᮔ᮪ ᮅᮔ᮪ᮒᮥᮊ᮪ ᮊᮨᮕᮨᮔ᮪ᮒᮤᮍᮔ᮪ ᮅᮙᮒ᮪.ᮙᮨᮔᮥᮙ᮪ᮘᮥᮂ ᮞᮥᮘᮥᮁᮊᮔ᮪ ᮊᮨᮘᮥᮔ᮪ ᮊᮥᮁᮙ, ᮚᮀ ᮘᮨᮁᮓᮙ᮪ᮕᮊ᮪ ᮕᮨᮔᮤᮀᮊᮒᮔ᮪ ᮊᮨᮞᮨᮏᮂᮒᮨᮛᮃᮔ: ᮙᮞᮛᮊᮒ᮪. ᮓᮔ᮪ ᮊᮤᮤᮔᮤ ᮛᮤᮘᮥᮃᮔ᮪ ᮒᮠᮥᮔ᮪ ᮘᮨᮁᮜᮜᮥ, ᮙᮔ᮪ᮖᮃᮒ᮪ᮑ ᮒᮊ᮪ ᮘᮨᮁᮠᮨᮔ᮪ᮒᮤᮤ, ᮒᮨᮛᮥᮞ᮪ ᮙᮨᮍᮜᮤᮁ. ᮠᮧᮒᮦᮜ᮪ ᮘᮨᮁᮘᮤᮔ᮪ᮒᮀ ᮃᮒᮞ᮪ ᮔᮙ ᮘᮨᮜᮤᮃᮅ ᮕᮥᮔ᮪ ᮘᮨᮁᮓᮤᮛᮤ ᮙᮨᮌᮂ, ᮒᮨᮙ᮪ᮕᮒ᮪ ᮞᮤᮤᮀᮌᮂ ᮕᮛ ᮕᮨᮐᮤᮤᮃᮛᮂ. ᮠᮞᮤᮜ᮪ᮑ? ᮒᮨᮔ᮪ᮒᮥ ᮅᮔ᮪ᮒᮥᮊ᮪ ᮊᮨᮙᮔ᮪ᮖᮃᮒᮔ᮪ ᮅᮙᮒ᮪ ᮚᮀ ᮞᮨᮜᮥᮃᮞ᮪-ᮜᮥᮃᮞ᮪ᮑ.
Berikut ini kisah inspiratif dari Utsman Ibn Affan yang membeli sumur Raumah, lalu digratiskan untuk kepentingan umat. Menumbuhsuburkan kebun kurma, yang berdampak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dan kini, ribuan tahun berlalu, manfaatnya tak berhenti, terus mengalir. Hotel berbintang atas nama beliau pun berdiri megah, tempat singgah para peziarah. Hasilnya? Tentu untuk kemanfaatan umat yang seluas-luasnya.
Panas terik menggantung di langit kota–kota seantero Jazirah Arab. Angin panasnya membelai tiap jengkal Madinah. Sumur-sumur melompong, kering. Satu-satunya sumur yang ada airnya hanya sumur Raumah, milik seorang Yahudi. Sang Nabi dan rakyat Madinah mulai merasa dahaga, kehausan.
Berduyun warga Madinah antri, berbaris rapi membeli air kepada si Yahudi pemilik sumur. Rasul bersabda lirih, tak sanggup melihat umatnya menderita, Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah SWT (HR. Muslim).
Tetiba, siapa lagi kalau bukan pengusaha kesohor Madinah, sahabat terbaik nabi setelah Abu Bakar dan Umar, yang segera menyambut seruan sang Nabi. Utsman Ibn Affan langsung mendatangi si Yahudi tersebut. Ia segera menawari harga sangat tinggi, hingga puluhan ribu dinar!
Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari kata Yahudi itu tak ingin melepaskan sumurnya. Utsman tak kehabisan cara, mengingat balasan surga yang begitu jelas di hadapannya.
Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu Utsman, gaya seorang pedagangnya mulai beraksi. Maksudmu? tanya Yahudi keheranan.
Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana? jelas Utsman.
Yahudi itu pun terbengong heran, sambil berguman,… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan ra.
Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka semua Gratis! Rakyatpun berbondong datang ke sumur Utsman.
Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumah pun menjadi milik Utsman secara penuh.
Utsman pun secara resmi mewakafkan sumur raumah tersebut untuk kaum muslimin. Per detik itu, sumur dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat, seluruh rakyat Madinah. Sumur itu menjadi sumber mata air lahan sekitarnya, hingga ditanam kebun kurma. Rakyat Madinah memanfaatkan kurma untuk berdagang, dan hasilnya dimanfaatkan untuk umat.
Pohon kurma terus bertambah, hingga diwariskan dari generasi ke generasi. Dari para Khalifah, hingga Daulah Utsmaniyyah, dan terakhir dikelola oleh pemerintah Arab Saudi. Departemen Pertanian Saudi menjual hasil dari ribuan pohon ke pasar-pasar. Setengah keuntungannya disalurkan ke anak yatim.
Setengahnya lagi disimpan dalam bentuk rekening di bank atas nama Utsman Ibn Affan, dibawah pengawasan Departemen Pertanian. Uang yang mampir di rekening Ridwanullah Utsman Ibn Affan terus membengkak, hingga pemerintah Saudi memutuskan membelikan tanah dekat Masjid Nabawi atas nama Utsman bin Affan.
Tanah tersebut dibangun Hotel bintang lima hasil wakaf Utsman. Hotel milik Utsman bin Affan pun kini berdiri kokoh di samping Masjid Nabi. Peziarah berdatangan menginap di sana, hingga omset hotelnya bisa mencapai puluhan juta per bulan. Setengah keuntungannya lagi-lagi digunakan untuk kegiatan sosial.
Setengahnya lagi, disimpan di rekening atas nama Utsman bin Affan. Subhanallah, walau jasad tertimbun tanah, namun amal Utsman bin Affan terus mengalir. Manfaatnya terus dirasakan hingga kini. Hotel dan Rekening atas nama Utsman, menjadi saksi kedermawanan sahabat nabi ini.
Dibawah ini sebuah hasil wakaf produktif yang sangat bisa dijadikan motivasi bagi kaum muslimin terkait dengan kisah di atas. Adalah hotel Utsman bin Affan (Usman bin Affan) di Madinah, bangunan dengan 210 kamar siap sewa dan 30 kamar khusus yang siap menyambut para wisatawan di Madinah. Hotel itu berdiri gagah setinggi 15 lantai dengan 24 kamar di setiap lantai.
Melansir laman almuttahed.com, Kamis (25/6/2015), hotel yang berdiri di samping Masjid Utsman bin Affan (Usman bin Affan) itu dilengkapi dua restoran besar, 6 unit perbelanjaan, dan seluruh jasa hotel yang membuatnya menjadi hotel bintang lima.
Kabarnya, kini hotel tersebut dioperasikan oleh Sheraton, salah satu hotel bertaraf internasional. Dengan pengelola hotel ternama itu, hotel Uthman bin Affan diprediksi dapat mencetak pendapatan lebih tinggi dibandingkan penginapan lain.
Konon kabarnya, ada kebaikan sahabat Rasulullah SAW, Usman bin Affan, pada pembangunan hotel Utsman bin Affan. Hotel itu dibangun dari tabungan Usman yang telah berusia lebih dari seribu tahun.
Wallahualam.
Berikut ini kisah inspiratif dari Utsman Ibn Affan yang membeli sumur Raumah, lalu digratiskan untuk kepentingan umat. Menumbuhsuburkan kebun kurma, yang berdampak peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dan kini, ribuan tahun berlalu, manfaatnya tak berhenti, terus mengalir. Hotel berbintang atas nama beliau pun berdiri megah, tempat singgah para peziarah. Hasilnya? Tentu untuk kemanfaatan umat yang seluas-luasnya.
Panas terik menggantung di langit kota–kota seantero Jazirah Arab. Angin panasnya membelai tiap jengkal Madinah. Sumur-sumur melompong, kering. Satu-satunya sumur yang ada airnya hanya sumur Raumah, milik seorang Yahudi. Sang Nabi dan rakyat Madinah mulai merasa dahaga, kehausan.
Berduyun warga Madinah antri, berbaris rapi membeli air kepada si Yahudi pemilik sumur. Rasul bersabda lirih, tak sanggup melihat umatnya menderita, Wahai Sahabatku, siapa saja diantara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat, maka akan mendapat surgaNya Allah SWT (HR. Muslim).
Tetiba, siapa lagi kalau bukan pengusaha kesohor Madinah, sahabat terbaik nabi setelah Abu Bakar dan Umar, yang segera menyambut seruan sang Nabi. Utsman Ibn Affan langsung mendatangi si Yahudi tersebut. Ia segera menawari harga sangat tinggi, hingga puluhan ribu dinar!
Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari kata Yahudi itu tak ingin melepaskan sumurnya. Utsman tak kehabisan cara, mengingat balasan surga yang begitu jelas di hadapannya.
Bagaimana kalau aku beli setengahnya saja dari sumurmu Utsman, gaya seorang pedagangnya mulai beraksi. Maksudmu? tanya Yahudi keheranan.
Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur ini bergantian. Satu hari sumur ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu kemudian lusa menjadi milikku lagi demikian selanjutnya berganti satu-satu hari. Bagaimana? jelas Utsman.
Yahudi itu pun terbengong heran, sambil berguman,… saya mendapatkan uang besar dari Utsman tanpa harus kehilangan sumur milikku. Akhirnya si Yahudi setuju menerima tawaran Utsman tadi dan disepakati pula hari ini sumur Raumah adalah milik Utsman bin Affan ra.
Utsman pun segera mengumumkan kepada penduduk Madinah yang mau mengambil air di sumur Raumah, silahkan mengambil air untuk kebutuhan mereka semua Gratis! Rakyatpun berbondong datang ke sumur Utsman.
Keesokan hari Yahudi mendapati sumur miliknya sepi pembeli, karena penduduk Madinah masih memiliki persedian air di rumah. Yahudi itupun mendatangi Utsman dan berkata Wahai Utsman belilah setengah lagi sumurku ini dengan harga sama seperti engkau membeli setengahnya kemarin. Utsman setuju, lalu dibelinya seharga 20.000 dirham, maka sumur Raumah pun menjadi milik Utsman secara penuh.
Utsman pun secara resmi mewakafkan sumur raumah tersebut untuk kaum muslimin. Per detik itu, sumur dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat, seluruh rakyat Madinah. Sumur itu menjadi sumber mata air lahan sekitarnya, hingga ditanam kebun kurma. Rakyat Madinah memanfaatkan kurma untuk berdagang, dan hasilnya dimanfaatkan untuk umat.
Pohon kurma terus bertambah, hingga diwariskan dari generasi ke generasi. Dari para Khalifah, hingga Daulah Utsmaniyyah, dan terakhir dikelola oleh pemerintah Arab Saudi. Departemen Pertanian Saudi menjual hasil dari ribuan pohon ke pasar-pasar. Setengah keuntungannya disalurkan ke anak yatim.
Setengahnya lagi disimpan dalam bentuk rekening di bank atas nama Utsman Ibn Affan, dibawah pengawasan Departemen Pertanian. Uang yang mampir di rekening Ridwanullah Utsman Ibn Affan terus membengkak, hingga pemerintah Saudi memutuskan membelikan tanah dekat Masjid Nabawi atas nama Utsman bin Affan.
Tanah tersebut dibangun Hotel bintang lima hasil wakaf Utsman. Hotel milik Utsman bin Affan pun kini berdiri kokoh di samping Masjid Nabi. Peziarah berdatangan menginap di sana, hingga omset hotelnya bisa mencapai puluhan juta per bulan. Setengah keuntungannya lagi-lagi digunakan untuk kegiatan sosial.
Setengahnya lagi, disimpan di rekening atas nama Utsman bin Affan. Subhanallah, walau jasad tertimbun tanah, namun amal Utsman bin Affan terus mengalir. Manfaatnya terus dirasakan hingga kini. Hotel dan Rekening atas nama Utsman, menjadi saksi kedermawanan sahabat nabi ini.
HOTEL DAN RESTORAN yang dibangun dari Rekening Ustman Ibn Affan Berusia 1.400 Tahun
Dibawah ini sebuah hasil wakaf produktif yang sangat bisa dijadikan motivasi bagi kaum muslimin terkait dengan kisah di atas. Adalah hotel Utsman bin Affan (Usman bin Affan) di Madinah, bangunan dengan 210 kamar siap sewa dan 30 kamar khusus yang siap menyambut para wisatawan di Madinah. Hotel itu berdiri gagah setinggi 15 lantai dengan 24 kamar di setiap lantai.
Melansir laman almuttahed.com, Kamis (25/6/2015), hotel yang berdiri di samping Masjid Utsman bin Affan (Usman bin Affan) itu dilengkapi dua restoran besar, 6 unit perbelanjaan, dan seluruh jasa hotel yang membuatnya menjadi hotel bintang lima.
Kabarnya, kini hotel tersebut dioperasikan oleh Sheraton, salah satu hotel bertaraf internasional. Dengan pengelola hotel ternama itu, hotel Uthman bin Affan diprediksi dapat mencetak pendapatan lebih tinggi dibandingkan penginapan lain.
Konon kabarnya, ada kebaikan sahabat Rasulullah SAW, Usman bin Affan, pada pembangunan hotel Utsman bin Affan. Hotel itu dibangun dari tabungan Usman yang telah berusia lebih dari seribu tahun.
Wallahualam.
advertising area:
Saturday, 3 June 2017
syi'ar: MUSTIKA RAMADHAN #8
MUSTIKA RAMADHAN #8
HIKMAH PUASA DINA AL QURAN
Baraya Rohimakumullah!
Geus loba para pakar ngabahas hikmah jeung filosofi ibadah puasa. Aya nu ngaitkeun puasa jeung teori-teori kadokteran, sakumaha anu dipolah ku Muhammad Farid Wajdi, salah sahiji murid Shekh Muhammad Abduh. Aya ogé anu ngaitkeun jeung kapadulian social atawa rasa duduluran, seata teu kurang ogé anu ngaitkeun puasa jeung atikan kapribadian. Rupa-rupa hikmah anu disodorkeun para pakar tadi. Tinangtu miboga alesan-alesan tur logikana
Dina Al Quran, numutkeun panalungtikan Muhammad Fuad Abd al-Baqi dina kitab Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadz Alquran, kecap puasa (al-shaum) diulang saloba 14 kali dina rupa-rupa wujudna. Khusus ngeunaan puasa Ramadhan, bisa ditinggali kateranganana sacara ngaruntuy dina al-Baqarah ayat 183 d/k 187. Dumasar kana panalungtikanana anu jero ngeunaan ayat-ayat mengenai puasa tadi, Abdul Halim Mahmud, mantan Rektor al-Azhar, dina bukuna Asrar al-'Ibadah (Rahasia Ibadah), nyodorkeun tilu hikmah penting ibadah puasa.
Kahiji, puasa diwajibkeun subagé sarana natanan diri Muslim jadi jalma takwa (Q. S. 2: 183). Sabab tujuan utama puasa nyaéta takwa, mangka numutkeun Abdul Halim Mahmud, saban jalma anu puasa kudu mampuh ngaorganisir sakumna organ awakna jeung ngatur sakabéh aktivitasna ke lebah tujuan anu bakal dihontal téa (takwa).
Kadua, puasa diwajibkeun sebagé syukur nikmat. Allah SWT maréntahkeun puasa sabada Anjeuna ngébréhkeun yén Ramadhan anu mulya ieu nyaéta bulan anu di jerona ngandung pituduh Allah nu kacida sampurna diturunnkeun, nyaéta Al Quran (Q. S. 2: 185). Kusabab kitu, turunna wahyu ieu sawadina dipapag jeung dirayakeun'. Tapi, kariaan ieu kudu anu saluyu. Dina kaitan ieu, pangbagéa jeung ''perayaan'' ieu ngan pantes dilakukeun ku natanan diri sanghkan bisa narima pituduh ieu ku cara nu panghadéna, nyaéta puasa.
Katilu, puasa ngajadikeun urang deukeut jeung Allah SWT djeung sakumna opaménta sarta doa didangunkeun sarta dikabulkeun. Tah ieu makna firman Allah: ''Jeung lamun hamba-hamba-Kula tatanya ka anjeun ngeunaan Kula, mangka (jawab) yén Kula deukeut. Kula ngabulkeun paménta jalma anu ngadoa lamun inyana ngadoa ka Kula. (Q.S. 2.186).”
Ngimeutan sawatara hikmah anu bisa dipetik dina ayat-ayat di luhur, nyata yén puasa ngarupakeun perkara anu sawadina dilakonan. Puasa lain ngan wungkul kawajiban, tapi ngarupakeun kabutuhan. Ku kituna, sakur Muslim kudu ngabagéakeun ku kagumbiraan datangnaa Ramadhan ieu jeung ngalaksanakeun n ibadah puasa kalawan pinuh ku suka cita. Ku kituna, sakumna urang boga alesan moral keur meunangkeun pangampura Allah swt. sarta kamardikaan dina siksa.
Inshaallah!
Padukuhan Pakujajar, 9 Ramadhan 1438 H
Ki Dr. Dharmasetiawan Natapradja
Ajar Sunyapada Paguron Luhur Yayasan SKKS
PAsir Pari Nengkelan Ciwidey.
Friday, 2 June 2017
syi'ar: MUSTIKA RAMADHAN #6
MUSTIKA RAMADHAN #6
ULAH KALEULEUWIHI
Sadaya puji kagungan Allah swt, anu parantos ngawajibkeun ka urang sadayana kana ngalakonan ibadah shaum, sim kuring nyaksian saestuna teu aya deui pangéran anu hak disembah anging gusti Allah, anu ngagaduhan kautamian sareng pirang-pirang kani’matan, sareng sim kuring nyaksian kana saéstunya kanjeng Nabi Muhammad saw. hambana Allah sareng RasulNa anu ngagaduhan karamah anu sampurna. Shalawat miwah salam pamugi tetep linunturan ka kangjeng Nabi Muhammad saw. ka kulawarginya sareng sahabatna anu marulya.
Baraya Rohimakumullah!
Kaleuleuwihi dina sagala perkara kacida hinana tur dicaram. Komo dina perkara kadaharan jeung inuman,
Dawuhan Allah:
( وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ) سورة الأعراف: 31
" Dahar jeung inum, tur ulah kaleuleuwihi. Satemenna Allah teu mikaresep ka jalma-jalma anu kaleuleuwihi. ” (QS. Al-A’raf: 31)
Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam ogé ngadawuh:
مَا مَلأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ ، بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَات يُقِمْنَ صُلْبَهُ ، فَإِنْ كَانَ لا مَحَالَةَ ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ (رواه الترمذي، رقم 2380، وابن ماجه، رقم 3349، وصححه الألباني في صحيح الترمذي، رقم 1939)
“Teu aya wadah anu dipinuhan ku anak Adam nu leuwih goréng tibatan beuteungna. Anak Adam cukup ngonsumsi sawatara huap kadaharan keur nguatkeun tulang igana. Lamun enya euweuh deui jalan séjén (dahar leuwih loba), sakuduna bikeun sapertilu keur (tempat) kadaharan, sapertilu keur (tempat) inuman jeung sapertiluna keur (tempat) nafasna." (HR. Tirmizi, no. 2380, Ibnu Majah, no. 3349, dishahihkeun ku Al-Albany dina kitab shahih Tirmizi, no. 1939)
Ulah poho syukuran ka Allah kana sagala kanikmatan anu tos dipaparinkeun dugi ka detik ayeuna. .
Wilujeng mayunan ibadah saum dinten ka sabelas sareng saterasna pamuga kénging kabarokahan. Amin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ki Dharmasetiawan Natapradja
Ajar Ki Ajar Sunyapada Yayasan SKKS
Padukuhan Pakukajar, wanci janari gedé,
7 Ramadhan 1438 H
advertising area:
Thursday, 1 June 2017
syi'ar: MUSTIKA RAMADHAN #5
MUSTIKA RAMADHAN #5
TILU LÉNGKAH SAMÉMÉH NUTUPNA PANTO TOBAT
Baraya Rohimakumullah!
Sagoréng-goréngna kamaksiatan nu geus dilakukeun, jeung sakumaha baé lobana dosa nu geus dijieun, lamun manusa balik deui ka jalan Allah tinangtu Allah swt bakal narima tobatna. Malahan, keur jalma kafir gé, lamun asup ngagem agama Islam, Allah bakal ngahampura sagala dosana.
Panto tobat salawasna muka, komo dina bulan Ramadhan mah. Jeung, Allah SWT bakal ngantos kadatangan hamba-Na anu bakal tobat. Parandéné kitu, teu salawasna panto tobat téh dibukana. Aya mangsana panto téh nutup rapet, utamana dina dua kaayaan:
Kahiji, nalika nyawa manusa geus aya dina elak-elakan. Rasulullah SAW ngadawuh: “Satemena Allah Anu Maha Mulya tur Maha Agung narima tobat hiji jalma saacan nyawana nepi kana elak-elakanana: (HR Tirmidzi)
Kadua, nalika panonpoé nérékélna ti tempat surupna. Rasulullah SAW ngadawuh, “Sing saha anu tobat saméméh panonpoé muncunghul ti Kulon, pasti Allah narima tobatna”(HR Musilm).
Lamun panto tobat geus nutup tinangtu kahandeueul, paneda, ampunan, pagawéan hadé jeung kaimannan jalma kafir euweuh mangpaatna deui. Sabab, Allah SWT moal nampi tobatna. Änu dianti-anti euweuh deui anging kadatangan malaikat ka maranéhanana (nu rék nyabut nyawa maranéhanana), atawa kadatangan Pangérann atawa kadatangan sabagéan tanda-tanda Pangéranna. Dina poé éta sabagéan tanda-tanda Pangéranna euweuh mangpaatna iman hiji jalma keur dirina anu tacan iman saméméhna, atawa manéhna (tacan) ngusahakeun kahadéan dina keur mangsa kaimanana. Béjakeun: ”Dagoan ku manéh, satemenna Kami ogé keur nungguan (QS al-An'am [6]: 158).
Perkara ieu kudu jadi imeutaneun urang supaya henteu talangké dina tobat. Sabab, lamun buru-buru dilampahkeun tinangtu bisa jadi neuleumkeun urang kana kamaksiatan anu dina akhirna diri urang bakal nganggap hadé kana sagala anu goréng.
Samangsa urang kumelendang di alam dunya, hayu urang gunakeun kasempetan ieu keur tatan-tatan saméméh panto tobat ditutup!
Kahiji, geuwat geura tobat. “Satemenna tobat di sagigireun Allah ngan tobat keur jalma-jalma anu migawé kadhaliman lantaran kajailan, tapi upama maranéhanana geuwat tobat, tinangtu éta tobat téh ditampi ku Allah; tur Allah Maha Uninga tur Maha Wijaksana. (QS An-Nisa [4]: 17).
Kadua, geuwat milampah rupa-rupa kahadéan saméméh datangna hiji mangsa anu nyababkeun urang sulit milampah kahadéan. Rasulullah SAW ngadawuh: “Geuwat anjeun migawé amal saléh, sabab bakal kajadian fitnah anu mangrupakeun peuting nu poék mongkléng. .” (HR Muslim & Tirmidzi).
Katilu, ihtiar ngaronjatkeun katakwaan ka Allah SWT. Ku ayana takwa urang bakal dibéré kamampuhan keur ngabédakeun mana nu bener jeung mana nu salah (QS al-Anfaal [8]: 29).
Muga mangpaat.
Barokallohu walikum bil ayat!
Padukuhan Pakujajar , Pasir Pari, 6 Ramadhan 1438 H
Ki Dharmasetiawan Natapradja
Ki Ajar Sunyapada Paguron Luhur Yayasan SKKS.
Doa dinten ka-6
اَللَّهُمَّ لاَ تَخْذُلْنِيْ فِيْهِ لِتَعَرُّضِ مَعْصِيَتِكَ وَ لاَ تَضْرِبْنِيْ بِسِيَاطِ نَقِمَتِكَ وَ زَحْزِحْنِيْ فِيْهِ مِنْ مُوْجِبَاتِ سَخَطِكَ بِمَنِّكَ وَ أَيَادِيْكَ يَا مُنْتَهَى رَغْبَةِ الرَّاغِبِيْنَ
Nun Allah, poma Pangeresa ulah ngahinakeun abdi di sasih ieu, margi kawantun abdi dina maksiat ka Pangeresa, poma Pangeresa ulah mecut abdi ku pecut kamurkaan Pangeresa sareng tebihkeun abdi tina sagala padamalenan anu janten musabab kamurkaan Pangeresa. Ku anugerah sareng Kakawasaan Pangeresan nun Puncakna Harepan para Pangharep.
advertising area:
syi'ar: MUSTIKA RAMADHAN #4
MUSTIKA RAMADHAN #4
SYARAT DIKABULNA DU'Á.
Dawuhan Al Imam Ibnu Attoillah, yén syarat ijabatud du’a kudu aya:
*Tihangan (di mana nincak kana tihang bakal kuat)
*Jangjangan (di mana jangjangan bakal hiber ka Arasy)
*Waktuan
*Sababan
1. Tihangan
Ati sing bisa hadir ka Alloh SWT, sing bisa khusu, haté sing isin ku Alloh, sing ageung harepan. (raja')
2. Jangjangan
Sing bener ucap lampah, biwir ulah sok ngabohong, titénan dahareun ulah tina barang haram.
3. Waktu
Ari waktu ngado’a nyaéta dina salséna ati salian ti Alloh SWT. Kudu diajar nyepén ( Kholwat ).
4. Sabab
Maca sholawat ka kanjeng Nabi Muhammad SAW, kumargi :” Maca sholawat ka kanjeng Nabi Muhammad SAW mangka éta moal ditolak do’ana lamun dimimitian jeung ditungtungan ku sholawat”.
Barokallohu walikum bil ayat!
Padukuhan Pakujajar 5 Ramadhan 1438H
Ki Dharmasetiawan Natapradja,
Ki Ajar Sunyapada Paguron Luhur Yayasan SKKS
Pasir Pari Ciwidey.
=======================================
Doa Hari Kelima
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مِنَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِيْنَ الْقَانِتِيْنَ وَ اجْعَلْنِيْ فِيْهِ مِنْ أَوْلِيَائِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ بِرَأْفَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Ya Allah, jadikanlah aku di bulan ini dari golongan orang-orang yang memohon pengampunan, jadikanlah aku di bulan ini dari dari golongan hamba-hamba-Mu yang salih dan pasrah, dan jadikanlah aku di bulan ini dari golongan para kekasih-Mu yang dekat dengan-Mu. Dengan kasih sayang-mu wahai Dzat Yang Lebih Pengasih dari para pengasih.
advertising area:
BUYA HAMKA (ULAMA, SASTRAWAN DAN NEGARAWAN)
ᮠᮏᮤ ᮃᮘ᮪ᮓᮥᮜ᮪ ᮙᮜᮤᮊ᮪ ᮊᮛᮤᮙ ᮃᮙ᮪ᮛᮥᮜᮣᮂ | ᮅᮜᮙ ᮘᮨᮞᮁ ᮔᮥᮞᮔ᮪ᮒᮛ
HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH
ULAMA BESAR NUSANTARA
ᮘᮥᮚ ᮠᮙ᮪ᮊ ᮞᮨᮇᮛᮀ ᮅᮜᮙ, ᮕᮧᮜᮤᮒᮤᮤᮞᮤ ᮓᮔ᮪ ᮞᮞ᮪ᮒᮢᮝᮔ᮪ ᮘᮨᮞᮁ ᮚᮀ ᮒᮨᮁᮞᮧᮠᮧᮁ ᮓᮔ᮪ ᮓᮤ ᮠᮧᮁᮙᮒᮤ ᮓᮤ ᮊᮝᮞᮔ᮪ ᮃᮞᮤᮃ ᮠᮤᮤᮀᮌ ᮒᮤᮤᮙᮥᮁ ᮒᮨᮍᮂ. ᮘᮨᮁᮊᮒ᮪ ᮕᮨᮍᮘ᮪ᮓᮤᮃᮔ᮪ ᮓᮔ᮪ ᮞᮥᮙ᮪ᮘᮌᮔ᮪ᮑ ᮓᮜᮙ᮪ ᮙᮨᮙ᮪ᮘᮍᮥᮔ᮪ ᮊᮨᮞᮓᮛᮔ᮪ ᮅᮙᮒ᮪ ᮄᮞ᮪ᮜᮙ᮪ ᮓᮔ᮪ ᮎᮤᮒ-ᮎᮤᮒ ᮘᮀᮞ, ᮕᮨᮙᮨᮛᮤᮤᮔ᮪ᮒᮂ ᮄᮔ᮪ᮓᮧᮔᮦᮞᮤᮃ ᮙᮨᮀᮃᮔᮥᮌᮨᮛᮂᮊᮔ᮪ ᮌᮨᮜᮁ ᮕᮂᮜᮝᮔ᮪ ᮔᮞᮤᮇᮔᮜ᮪ ᮕᮓ ᮒᮠᮥᮔ᮪ |᮲᮰᮱᮱|.
Buya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia hingga Timur Tengah. Berkat pengabdian dan sumbangannya dalam membangun kesadaran umat Islam dan cita-cita bangsa, pemerintah Indonesia menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2011.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1259-ulama-politisi-dan-sastrawan-besar
Copyright © tokohindonesia.com
HAJI ABDUL MALIK KARIM AMRULLAH
ULAMA BESAR NUSANTARA
ᮘᮥᮚ ᮠᮙ᮪ᮊ ᮞᮨᮇᮛᮀ ᮅᮜᮙ, ᮕᮧᮜᮤᮒᮤᮤᮞᮤ ᮓᮔ᮪ ᮞᮞ᮪ᮒᮢᮝᮔ᮪ ᮘᮨᮞᮁ ᮚᮀ ᮒᮨᮁᮞᮧᮠᮧᮁ ᮓᮔ᮪ ᮓᮤ ᮠᮧᮁᮙᮒᮤ ᮓᮤ ᮊᮝᮞᮔ᮪ ᮃᮞᮤᮃ ᮠᮤᮤᮀᮌ ᮒᮤᮤᮙᮥᮁ ᮒᮨᮍᮂ. ᮘᮨᮁᮊᮒ᮪ ᮕᮨᮍᮘ᮪ᮓᮤᮃᮔ᮪ ᮓᮔ᮪ ᮞᮥᮙ᮪ᮘᮌᮔ᮪ᮑ ᮓᮜᮙ᮪ ᮙᮨᮙ᮪ᮘᮍᮥᮔ᮪ ᮊᮨᮞᮓᮛᮔ᮪ ᮅᮙᮒ᮪ ᮄᮞ᮪ᮜᮙ᮪ ᮓᮔ᮪ ᮎᮤᮒ-ᮎᮤᮒ ᮘᮀᮞ, ᮕᮨᮙᮨᮛᮤᮤᮔ᮪ᮒᮂ ᮄᮔ᮪ᮓᮧᮔᮦᮞᮤᮃ ᮙᮨᮀᮃᮔᮥᮌᮨᮛᮂᮊᮔ᮪ ᮌᮨᮜᮁ ᮕᮂᮜᮝᮔ᮪ ᮔᮞᮤᮇᮔᮜ᮪ ᮕᮓ ᮒᮠᮥᮔ᮪ |᮲᮰᮱᮱|.
Buya Hamka seorang ulama, politisi dan sastrawan besar yang tersohor dan dihormati di kawasan Asia hingga Timur Tengah. Berkat pengabdian dan sumbangannya dalam membangun kesadaran umat Islam dan cita-cita bangsa, pemerintah Indonesia menganugerahinya gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2011.
Hamka lahir pada 17 Februari 1908 di Kampung Molek, Maninjau, Sumatera Barat, dari pasangan Dr. H. Abdul Karim Amrullah (Haji Rasul) dan Siti Safiyah Binti Gelanggar yang bergelar Bagindo nan Batuah. Hamka mewarisi darah ulama dan pejuang yang kokoh pada pendirian dari ayahnya yang dikenal sebagai ulama pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau serta salah satu tokoh utama dari gerakan pembaharuan yang membawa reformasi Islam (kaum muda).
Nama Hamka sendiri merupakan akronim dari namanya, Haji Abdul Malik Karim Amrullah, sedangkan sebutan Buya adalah panggilan khas untuk orang Minangkabau. Kata Buya sebenarnya berasal dari kata abi, atau abuya dalam bahasa Arab yang berarti ayahku atau orang yang dihormati.
Jika banyak tokoh berpengaruh yang bertahun-tahun menimba ilmu di sekolah formal, tidak demikian halnya dengan Hamka. Pendidikan formal yang ditempuhnya hanya sampai kelas dua Sekolah Dasar Maninjau. Setelah itu, saat usianya menginjak 10 tahun, Hamka lebih memilih untuk mendalami ilmu agama di Sumatera Thawalib di Padang Panjang, sekolah Islam yang didirikan ayahnya sekembalinya dari Makkah sekitar tahun 1906.
Di sekolah itu, Hamka mulai serius mempelajari agama Islam serta bahasa Arab. Sejak kecil Hamka memang dikenal sebagai anak yang haus akan ilmu. Selain di sekolah, ia juga menambah wawasannya di surau dan masjid dari sejumlah ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1924, Hamka yang ketika itu masih remaja sempat berkunjung ke Pulau Jawa. Di sana ia banyak menimba ilmu pada pemimpin gerakan Islam Indonesia diantaranya Haji Omar Said Chakraminoto, Haji Fakharudin, Hadi Kesumo bahkan pada Rashid Sultan Mansur yang merupakan saudara iparnya sendiri.
Selanjutnya pada 1927, berbekal ilmu agama yang didapatnya dari berbagai tokoh Islam berpengaruh tadi, Hamka memulai karirnya sebagai Guru Agama di Perkebunan Tebingtinggi, Medan. Dua tahun kemudian, ia mengabdi di Padang masih sebagai Guru Agama. Masih di tahun yang sama, Hamka mendirikan Madrasah Mubalighin. Bukan hanya dalam hal ilmu keagamaan, Hamka juga menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik. Yang menarik, semua ilmu tadi dipelajarinya secara otodidak tanpa melalui pendidikan khusus. John L. Espito dalam Oxford History of Islam bahkan menyejajarkan sosok Hamka dengan Sir Muhammad Iqbal, Sayid Ahmad Khan dan Muhammad Asad.
Hamka juga pernah menekuni bidang jurnalistik dengan berkarir sebagai wartawan, penulis, editor dan penerbit sejak awal tahun 1920an. Ia tercatat pernah menjadi wartawan berbagai surat kabar, yakni Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah.
Di sela kegiatannya sebagai jurnalis, Hamka memulai kiprahnya di dunia politik dengan menjadi anggota partai Sarekat Islam pada tahun 1925. Di waktu yang hampir bersamaan, ia ikut mendirikan Muhammadiyah untuk menentang khurafat, bidaah dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Selanjutnya Hamka terlibat dalam kepengurusan organisasi Islam tersebut dari tahun 1928 hingga 1953.Bersama dengan KH Fakih Usman (Menteri agama dalam Kabinet Wilopo 1952), Hamka menerbitkan majalah tengah bulanan Panji Masyarakat pada Juli 1959. Majalah ini menitikberatkan soal-soal kebudayaan dan pengetahuan agama Islam. Majalah ini kemudian dibredel pada 17 Agustus 1960 dengan alasan memuat karangan Dr Muhammad Hatta berjudul 'Demokrasi Kita', yang isinya mengkritik tajam konsep Demokrasi Terpimpin. Majalah ini baru terbit kembali setelah Orde Lama tumbang, tepatnya pada 1967. Hamka sendiri dipercaya sebagai pimpinan umum majalah Panji Masyarakat hingga akhir hayatnya.
Hamka juga pernah menjadi editor di majalah Pedoman Masyarakat dan Gema Islam. Pada tahun 1928 hingga 1932, Hamka pernah menjadi editor sekaligus penerbit dari dua media yang berbeda, yakni majalah Kemajuan Masyarakat yang terbit hanya beberapa nomor serta majalah al-Mahdi di Makasar.
Di sela kegiatannya sebagai jurnalis, Hamka memulai kiprahnya di dunia politik dengan menjadi anggota partai Sarekat Islam pada tahun 1925. Di waktu yang hampir bersamaan, ia ikut mendirikan Muhammadiyah untuk menentang khurafat, bidaah dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Selanjutnya Hamka terlibat dalam kepengurusan organisasi Islam tersebut dari tahun 1928 hingga 1953. Mulai tahun 1928, ia mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Setahun kemudian, ia mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah. Pada 1931, ia menjabat sebagai konsul Muhammadiyah di Makassar.
Lima tahun berselang, usai menjabat sebagai Konsul Muhammadiyah, Hamka pindah ke Medan. Kemudian di tahun 1945, ia kembali ke kampung halamannya di Sumatera Barat. Saat itulah, bakatnya sebagai pengarang mulai tumbuh. Buku pertama yang dikarangnya berjudul Khathibul Ummah, yang kemudian disusul dengan sederet judul lain yakni Revolusi Fikiran, Revolusi Agama, Adat Minangkabau Menghadapi Revolusi, Negara Islam, Sesudah Naskah Renville, Muhammadiyah Melalui Tiga Zaman, Dari Lembah Cita-Cita, Merdeka, Islam dan Demokrasi, Dilamun Ombak Masyarakat, dan Menunggu Beduk Berbunyi.
Saat perang revolusi, Hamka juga turut berjuang mengusir penjajah. Lewat pidato, ia mengobarkan semangat para pejuang untuk merebut kedaulatan negara. Dalam kisah perjuangannya, Hamka juga pernah ikut serta menentang kembalinya Belanda ke Indonesia dengan bergerilya di dalam hutan di Medan. Selain didorong rasa cinta pada Tanah Air yang demikian besar, semangat perjuangan Hamka juga senantiasa berkobar tiap kali mengingat pesan ayahnya yang diucapkan ketika Muktamar Muhammadiyah tahun 1930 di Bukittinggi, "Ulama harus tampil ke muka masyarakat, memimpinnya menuju kebenaran."
Pasca kemerdekaan, Konferensi Muhammadiyah memilih Hamka untuk menduduki posisi ketua Majelis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto di tahun 1946. Lalu pada 1947, ia menjabat sebagai ketua Barisan Pertahanan Nasional yang beranggotakan Chatib Sulaeman, Udin, Rangkayo Rasuna Said dan Karim Halim. Hamka juga mendapat amanat dari Wakil Presiden Mohammad Hatta untuk menjabat sebagai sekretaris Front Pertahanan Nasional.
Pada tahun 1953, Hamka terpilih sebagai penasihat pimpinan Pusat Muhammadiah. Pada tahun 1951-1960, Hamka mendapat mandat dari Menteri Agama Indonesia untuk duduk sebagai Pejabat Tinggi Agama. Namun belakangan, ia lebih memilih untuk mengundurkan diri sebab pada waktu itu Presiden Soekarno memintanya memilih antara menjadi pegawai negeri atau berkiprah di dunia politik.
Pada tahun 1955, Hamka memang tercatat sebagai anggota konstituante Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) dan berpidato dalam Pemilu Raya di tahun yang sama. Meskipun pada akhirnya, partai yang didirikan di Yogyakarta pada 7 November 1945 itu dibubarkan Presiden Soekarno di awal tahun 1960. Pada dekade 1950-an, politik seakan menjadi "panglima", menyikapi kenyataan tersebut, Hamka pernah menyampaikan pernyataannya yang melukiskan martabat sebagai pemimpin umat, "Kursi-kursi banyak, dan orang yang ingin pun banyak. Tetapi kursiku adalah buatanku sendiri," kata Hamka seperti dikutip dari situs Republika.co.id
Hamka kembali ke dunia pendidikan pada tahun 1957 setelah resmi diangkat menjadi dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padang Panjang. Karirnya sebagai pendidik terus menanjak, setelah ia terpilih sebagai rektor pada Perguruan Tinggi Islam, Jakarta, kemudian dikukuhkan sebagai guru besar di Universitas Moestopo, Jakarta, dan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Di samping sering memberi kuliah di berbagai perguruan tinggi, Hamka juga menyampaikan dakwahnya melalui Kuliah Subuh RRI Jakarta dan Mimbar Agama Islam TVRI yang diminati jutaan masyarakat Indonesia di masa itu.
Menjelang tumbangnya rezim Orde Lama, persisnya tahun 1964, Hamka pernah mendekam di penjara selama dua tahun karena dituduh pro-Malaysia. Meski secara fisik ia terkurung, Hamka terus berkarya. Jika kebanyakan orang usai menjalani hukuman sebagai tahanan politik lebih memilih untuk mengeluarkan buku kecaman terhadap rezim penguasa, tak demikian halnya dengan Hamka. Ia justru menghasilkan mahakarya yang membuat namanya tersohor hingga ke mancanegara, yakni tafsir Al Quran yang diberi nama Tafsir Al-Azhar, sesuai dengan nama masjid tempat Hamka selalu memberikan kuliah subuh. Tafsir Al-Azhar yang berisi terjemahan Al-Quran sebanyak 30 juz lengkap itu merupakan satu-satunya Tafsir Al Qur'an yang ditulis oleh ulama melayu dengan gaya bahasa yang khas dan mudah dicerna. Diantara ratusan judul buku mengenai agama, sastra, filsafat, tasauf, politik, sejarah dan kebudayaan yang melegenda hingga hari ini, bisa dibilang Tafsir Al-Azhar adalah karya Hamka yang paling fenomenal.
Di samping dikenal sebagai ulama dan politisi berpengaruh, sejarah juga mencatat Hamka sebagai seorang sastrawan yang cerdas. Dengan kemampuan bahasa Arabnya yang mumpuni, ia dapat mendalami karya para ulama dan pujangga besar asal Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Hussain Haikal. Tak hanya itu, ia juga dapat meneliti karya sarjana Barat seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti.
Hamka juga banyak menyampaikan pemikirannya tentang Islam lewat sejumlah bukunya yang antara lain berjudul Agama dan perempuan, Pembela Islam, Adat Minangkabau dan Agama Islam, Kepentingan Tabligh, Ayat-Ayat Mi'raj, dan masih banyak lagi. Sementara dalam hal agama dan filsafat, Hamka juga mengarang beberapa buku yang diberi judul Tasauf Moderen, Falsafat Hidup, Lembaga Hidup, Lembaga Budi, Pedoman Muballigh Islam, dan lain-lain.
Tak hanya piawai menghasilkan karya yang bernafaskan Islam, Hamka juga cukup produktif menghasilkan beberapa karya sastra kreatif seperti novel, diantaranya Tenggelamnya Kapal Van Der Wickj , Merantau ke Deli, serta novel terbitan tahun 1936, Di Bawah Lindungan Ka'bah, yang telah dua kali diangkat dalam film layar lebar. Karya-karya Hamka bahkan tidak hanya dipublikasikan oleh penerbit nasional sekelas Balai Pustaka dan Pustaka Bulan Bintang melainkan juga diterbitkan di beberapa negara Asia Tenggara bahkan dirilis di berbagai situs, blog dan media informasi lainnya.
Hebatnya lagi, hasil karya Hamka menjadi buku teks sastra di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura. Banyak warga Malaysia yang mengagumi karakter, pemikiran dan perjuangan Buya Hamka bahkan menjadikannya sebagai salah satu soko guru agama Islam di tanah Melayu.Pada tahun 1974, Hamka menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia dari pemerintah Malaysia melalui Perdana Menteri Tun Abdul Razak sebagai bentuk penghargaan atas pemikiran dan sumbangsihnya dalam memajukan perkembangan agama Islam, serta kegigihannya dalam berdakwah terutama di tanah Melayu. Karena dedikasinya di bidang dakwah, gelar yang sama juga pernah diberikan Universitas Al Azhar pada Hamka yang membawakan pidato ilmiah berjudul "Pengaruh Ajaran dan Pikiran Syekh Mohammad Abduh di Indonesia". Pemerintah Indonesia sendiri pernah memberinya gelar Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno.
Tak hanya lewat tulisan, Hamka juga menunjukkan akhlak mulia dan suri tauladan bagi para pengikutnya, salah satunya secara terbuka memaafkan semua orang yang pernah menyakitinya. Misalnya pada 21 Juni 1970 ketika Presiden RI pertama Ir. Soekarno wafat, ia bertindak sebagai imam shalat jenazahnya. Tak ada sedikit pun rasa dendam atau sakit hati dalam dirinya, bahkan konon Hamka sempat menitikkan airmata begitu mendengar berita kepergian Sang Proklamator. Setelah sholat jenazah, ia berkata kepada jenazah Soekarno, "Aku telah doakan engkau dalam sholatku supaya Allah memberi ampun atas dosamu. Aku bergantung kepada janji Allah bahwa walaupun sampai ke lawang langit timbunan dosa, asal memohon ampun dengan tulus, akan diampuni-Nya".
Pada awal dekade 70-an, Hamka mengingatkan umat Islam terhadap tantangan al-ghazwul fikri (penjajahan alam pikiran). Menurut Hamka, penjajahan alam pikiran beriringan dengan penghancuran akhlak dan kebudayaan di negeri-negeri Islam. Sekularisasi atau sekularisme adalah setali tiga uang dengan ghazwul fikr yang dilancarkan dunia Barat untuk menaklukkan dunia Islam, setelah kolonialisme politik dalam berbagai bentuk, gagal.
Cap sebagai mantan narapidana juga tak membuat kharisma seorang Hamka luntur begitu saja. Usai menjalani hukuman, ia masih mendapat kepercayaan untuk mengemban sejumlah jabatan, diantaranya menjadi anggota Badan Musyawarah Kebajikan Nasional Indonesia, anggota Majelis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.
Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama RI Prof. Dr. Mukti Ali mempercayakan jabatan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada Hamka. Berbagai pihak waktu itu sempat ragu apakah Hamka mampu menghadapi intervensi kebijakan pemerintah Orde Baru kepada umat Islam yang saat itu berlangsung dengan sangat massif. Hamka rupanya berhasil menepis keraguan itu dengan memilih masjid Al-Azhar sebagai pusat kegiatan MUI ketimbang harus berkantor di Masjid Istiqlal. Istilahnya yang terkenal waktu itu adalah kalau tidak hati-hati nasib ulama itu akan seperti kue bika , yakni bila MUI terpanggang dari atas (pemerintah) dan bawah (masyarakat) terlalu panas, maka situasinya akan menjadi sulit. Bahkan bukan tidak mungkin, MUI bisa mengalami kemunduran serius.
Usaha Hamka untuk mewujudkan MUI sebagai lembaga yang independen kian terasa kental pada awal dekade 80-an. Lembaga ini berani melawan arus dengan mengeluarkan fatwa mengenai persoalan perayaan Natal bersama. Buya Hamka menyatakan haram bila ada umat Islam mengikuti perayaan keagamaan itu. Adanya fatwa tersebut kontan membuat publik geger. Terlebih ketika itu pemerintah tengah gencar mendengungkan isu toleransi.
Berbagai instansi waktu itu ramai mengadakan perayaan natal. Bila ada orang Islam yang tidak bersedia ikut merayakan natal maka mereka dianggap orang berbahaya, fundamentalis, dan anti Pancasila. Umat Islam pun merasa resah, keadaan itulah yang kemudian memaksa MUI mengeluarkan fatwa. Fatwa tersebut bukan tanpa risiko. Sebagai orang yang dianggap paling bertanggung jawab atas keluarnya fatwa tersebut,
Buya Hamka pun menuai kecaman dari berbagai pihak tak terkecuali pemerintah. MUI ditekan dengan gencar melalui berbagai pendapat di media massa yang menyatakan bahwa keputusan itu hanya akan mengancam persatuan negara.
Akhirnya pada 21 Mei 1981, Hamka meletakkan jabatan sebagai Ketua MUI daripada harus mencabut fatwa tersebut. Sebagai pengawal akidah umat, Hamka menyampaikan masukan kepada Presiden Soeharto mengenai persoalan Kristenisasi. Sikap Soeharto pun sejalan dengan pandangan MUI bahwa jika hendak menciptakan kerukunan beragama, maka orang yang sudah beragama jangan dijadikan sasaran untuk propaganda agama yang lain.
Namun tak dipungkiri, keteguhan Hamka dalam mempertahankan prinsipnya, berhasil membangun citra MUI sebagai lembaga yang mewakili suara umat Islam. Seperti yang pernah disampaikan Mantan Menteri Agama H.A. Mukti Ali seperti dikutip dari situs Republika.co.id, "Berdirinya MUI adalah jasa Hamka terhadap bangsa dan negara. Tanpa Buya, lembaga itu tak akan mampu berdiri."
Dua bulan setelah pengunduran dirinya itu, Hamka dilarikan ke rumah sakit karena komplikasi penyakit kencing manis, gangguan jantung, radang paru-paru, dan gangguan pada pembuluh darah yang dideritanya. Setelah tiga hari menjalani perawatan di ruang (ICU) RS Pusat Pertamina, Hamka akhirnya menghadap Sang Khalik di usia 73 tahun pada hari Jumat, 24 Juli 1981 pukul 10.41. Setelah disholatkan di Masjid Al-Azhar, jenazahnya kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta.
Atas jasa-jasanya pada negara, Presiden Soeharto menganugerahkannya Bintang Mahaputera Utama pada tahun 1993. Kemudian di tahun 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi gelar pahlawan Nasional pada Hamka berdasarkan surat Keputusan Presiden Nomor 113/TK/2011. Pemberian gelar tersebut disambut dengan rasa bangga oleh pihak keluarga Hamka, "Kami, keluarga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan beliau itu sejak awal sudah jadi pahlawan bagi kami," kata anak kesepuluh Buya Hamka, Afif Hamka kepada wartawan.
Ulama cerdas nan kharismatik itu memang telah berpulang ke rahmatullah, namun pengabdian dan sumbangannya dalam membangun kesadaran umat Islam dan cita-cita bangsa tetap dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi masa kini. Cendekiawan sekaligus budayawan, Dr. Nurcholish Madjid dalam buku 70 Tahun Buya Hamka (1978) mencatat peranan dan ketokohan Hamka sebagai figur sentral yang telah berhasil ikut mendorong terjadinya mobilitas vertikal atau gerakan ke atas agama Islam di Indonesia, dari suatu agama yang "berharga" hanya untuk kaum sarungan dan pemakai bakiyak di zaman kolonial menjadi agama yang semakin diterima dan dipeluk dengan sungguh-sungguh oleh "kaum atas" Indonesia merdeka. Hamka berhasil merubah postur kumal seorang kiai atau ulama Islam menjadi postur yang patut menimbulkan rasa hormat dan respek. Cak Nur lebih lanjut mengutarakan, melihat keadaan lahiriah yang ada sekarang, sulit membayangkan bahwa di bumi Indonesia akan lahir lagi seorang imam dan ulama yang menyamai Buya Hamka.
Sayangnya, banyak generasi muda yang tak mengenal sosoknya apalagi mengkaji ketokohannya. Nama besar Hamka justru lebih dihormati negara tetangga. Hal itu bisa dilihat dari kunjungan masyarakat ke Museum Buya Hamka yang lebih didominasi wisatawan Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam ketimbang wisatawan lokal. Memang amat disayangkan, entah karena kurangnya promosi, museum yang terletak di tepi Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatra Barat dan diresmikan pada 11 November 2001 oleh H. Zainal Bakar, Gubernur Sumatera Barat masa itu, ternyata tak begitu menarik hati masyarakat Indonesia.
Sebagai bukti penghargaan yang tinggi dalam bidang keilmuan, Muhammadiyah mengabadikan namanya menjadi nama sebuah perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta dan Jakarta, yakni Universitas Hamka (UHAMKA). Akhir tahun 2007, sebuah panitia yang dibentuk oleh Universitas Prof Dr Hamka Jakarta telah menyelenggarakan beberapa kegiatan penting dalam rangka 100 tahun Buya Hamka di Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru Jakarta Selatan, salah satunya adalah meluncurkan buku 100 tahun Buya Hamka.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/1259-ulama-politisi-dan-sastrawan-besar
Copyright © tokohindonesia.com
advertising area: